Senin, 12 Oktober 2009

Air Minum Dari Air Laut

Kita tidak kekurangan air. Tapi kebanyakan air laut tak bisa diminum. Di bumi ini, air minum bersih sangat beharga. Betapa bagusnya jika bisa mengubah air laut menjadi air tawar.
'Piramida air', suatu penemuan Belanda, secara murah bisa membuat air tawar dari air laut, dan terutama layak digunakan di negara-negara berkembang. Rahasianya: gunakanlah sinar matahari untuk membersihkan air.
Di seluruh dunia, kekurangan air, terutama air minum, merupakan masalah mendesak. Ratusan ribu orang meninggal dunia akibat air minum buruk. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, per tahun lebih dari satu setengah juta anak-anak meninggal dunia akibat masalah tersebut, terutama di daerah-daerah tropis.
Martijn Nitzsche adalah perancang piramida air, sistem pembersihan air murah, yang mungkin jadi jalan keluarnya. Untuk penemuannya itu, Nitzsche dianugerahi hadiah Bank Dunia. Menurut perancang, masalah terbesar adalah 98 persen semua persediaan air di dunia adalah air laut asin. Belum sampai satu persen dari sisa air dua persen, tersimpan di kedua kutub dalam bentuk es.
"Kami semua mengarahkan perhatian kepada satu persen air tawar itu. Kami berusaha membersihkannya. Piramida air ini justru mengarahkan perhatian kepada air laut, karena sangatlah banyak. Piramida membersihkan air laut dan mengubahnya menjadi air tawar."

Matahari
Cara kerja piramida air sangat sederhana. Piramida air tidak lebih dari semacam 'ruangan tiup' - tapi berbentuk piramida dan dibuat dari bahan plastik transparan. Cara kerjanya seperti berikut:

  1. Sinar matahari tembus lewat plastik dan menaikkan suhu udara di dalam piramida hingga sekitar 70 derajat Celsius. 
  2. Di dasar piramida terletak kolam tidak dalam, berisi air asin. Air itu menguap akibat suhu panas di dalam tenda. Tetesan air kondensasi mengembun di dinding tenda. 
  3. Tetesan air itu adalah air destilasi, tanpa garam dan bakteri. Air layak minum. 
  4. Kalau cukup berat, tetesan air itu akhirnya menggelincir turun dinding tenda curam, kemudian masuk ke saluran penampung dan mengalir masuk tanki bawah tanah.
Angka-angka
Di daerah tropis, tenda tiup dengan garis tengah sepanjang 30 meter bisa menghasilkan 1000 liter air minum bersih per hari, cukup untuk 300 sampai 400 orang. Harga pokok piramida sebesar satu setengah juta euro dan masa pakai sepuluh tahun, harga air per liter rata-rata antara satu hingga dua sen euro.
Itu kelihatan murah, tapi penduduk negara-negara berkembang tidak biasa dengan hal itu. Martijn Nitzsche menjelaskan:
"Orang di sana tidak biasa membayar untuk air. Ketika anda memperkenalkan sistem baru, dan anda berkata harganya cuma satu sampai dua sen euro, mereka harus membiasakan diri dulu. Anda mungkin punya teknik yang sangat bagus, tapi masalah intinya adalah bahwa anda harus meyakinkan orang sehingga mereka sadar dan berpikir, 'Sekarang saya tidak sakit perut lagi, saya akan hidup sepuluh tahun lebih lama!' Itu trayek panjang yang harus dilalui."

Sementara itu pesan Nitzche perlahan-lahan mulai diterima juga. Di Gambia dan Senegal sudah berfungsi dua piramida air, dikelola masyarakat setempat yang sangat puas. Dalam waktu dekat, piramida air akan ditempatkan di Indonesia yang punya ribuan pulau kecil, lokasi tepat untuk menempatkan piramida itu.
Jika produksi bertambah, harga per piramida diperkirakan turun dari satu setengah juta euro menjadi 15 ribu euro, sangat murah jika dibandingkan dengan instalasi pembersihan air tradisional. Pelbagai LSM sudah menaruh minat.

FASI

FASI
Pordirga Aeromodelling
PDF
Print
Olahraga aeromodelling merupakan salah satu olahraga dirgantara yang pertumbuhannya di Indonesia berawal di lingkungan Angkatan Udara melalui kegiatan kepanduan/ kepramukaan sejak tahun 1946. Kegiatan­kegiatan tersebut dimulai dengan dirintisnya pembuatan pesawat layang pertama di Yogyakarta, yang menggunakan lapangan Skip sebagai tempat latihan. Untuk menampung pemi­nat yang semakin meningkat, maka Angkatan Udara membentuk wadah berupa "Biro Aero Club" yang dibina oleh Kapten G. Reuneker.
Pada tanggal 27 Januari 1952 bertempat di Pangkalan Udara Cililitan (Halim Perdanakusuma), untuk pertama kalinya diselenggarakan perlombaan aeromodelling yang diikuti oleh club-club aeromodelling dari berbagai kota di Indonesia. Pada tanggal 9 April 1953 Biro Aero Club menyelenggarakan kursus aeromodelling bagi masyarakat umum. Dilanjutkan dengan perlombaan aeromodelling pada tanggal 17 Mei 1954 yang mem­peroleh perhatian besar dari masyarakat.

Untuk mempopulerkan olahraga ini di Indonesia, makaAngkatan Udara menyelenggarakan kursus-kursus (bouwamp) aeromodelling Angkatan I pada tahun 1958, bagi para pelatih yang terdapat di lingkungan Angkatan Udara. Hasil didiknya diharapkan dapat mengembangkan olahraga ini di Pangkalan­pangkalan Udara dimana mereka ditugaskan.
Pada tahun 1961-1963 melalui kerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (P & K), diselenggarakan Kursus Aeromodelling dan Peroketan Angkatan I dan II bagi guru-guru olahraga SLTP maupun SL TA seluruh Indonesia. Program ini bertujuan membentuk instruktur aeromodelling yang akan berkiprah melalui dunia pendidikan di Indonesia.
Dengan mengambil tempat di Hotel Merdeka Solo, beberapa orang mengadakan rapat untuk membentuk organisasi aeromodelling. Rapat yang dilaksanakan pada tahun 1962 itu dipimpin oleh Letnan Suhartono.
Sejak tahun 1978, aeromodelling telah diperlombakan pada tingkat nasional, regional maupun internasional. Pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XI tahun 1981, aeromodelling ditetapkan menjadi salah satu cabang olahraga yang diperlombakan walaupun pada waktu itu masih dalam status olahraga eksibisi. Saat ini jumlah atlet aeromodelling di Indonesia berjumlah tidak kurang dari 252 orang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Cabang olahraga aeromodelling dilak­sanakan melalui kegiatan merancang, membuat konstruksi dan menerbangkan pesawat model. Mengingat pesawat model lebih berat dari udara, maka dalam pem­buatannya harus memenuhi syarat-syarat aerodinamis, sehingga dapat diterbangkan dengan sempurna. Pembuatan pesawat model dimulai dengan pembuatan rancangannya, dilanjutkan dengan pembuatan konstruksi kerangka pesawat menggunakan bahan­bahan yang sangat ringan namun kuat seperti kayu balsa atau fiberglass, kemudian dibungkus dengan sejenis kertas.
Terdapat dua jenis pesawat model yaitu pesawat model yang bermotor dan yang tidak bermotor. Untuk pesawat model bermotor, harus disiapkan dudukan mesinnya agar pada saat diterbangkan, pesawat tersebut tetap dalam keadaan stabil. Sedangkan jenis-jenis motor yang saat ini sering digunakan antara lain motor bakar, motor karet, dan motor listrik.
Pesawat model tidak bermotor diterbangkan dengan cara dilempar atau diluncurkan menggunakan teknik-teknik tertentu yang memungkinkan pesawat ini terbang dalam waktu yang cukup lama. Itulah sebabnya pesawat model jenis ini sering disebut sebagai "Outdoor Hand Launched Glider' (OHLG). Sedangkan jenis pesawat model bermotor mampu terbang dengan tenaganya sendiri, namun harus dikendalikan dengan Control Line (semacam tali), atau menggunakan frekuensi radio (Radio Control) untuk pengendalian jarak jauh.
Pesawat model yang dikendalikan dengan tali (control line), atau yang dalam dunia aeromodelling disebut V-Control, mempunyai mesin yang sangat kecil. Untuk menghidupkan mesinnya, baling-baling yang terpasang pada mesin tersebut harus diputar terlebih dahulu dengan jari-jari tangan. Setelah mesin hidup dan baling-baling berputar, maka pesawat dapat diterbangkan dan pengendaliannya dilakukan dengan seutas tali yang kuat (kekuatan daya tarik ± 20 kali berat pesawat modelnya), dengan panjang antara 15 - 21,5 meter. Dengan demikian pesawat tersebut akan terbang berputar, mengitari penerbangnya yang tetap berdiri ditengah sambil mengendalikannya. Pesawat model ini bisa melakukan gerakan turun naik, melakukan gerakan-gerakan aerobatik maupun combat sesuai keinginan penerbangnya. Dan pada saat bahan bakarnya habis pesawat ini akan mendarat dengan meluncur di atas permukaan tanah.
Berbeda dengan V-Control, pesawat model jenis Radio Control mempunyai peralatan untuk mengendalikan pesawat model tersebut menggunakan frekuensi gelombang radio. Pesawat model jenis ini bisa terbang bebas melakukan berbagai manuver sesuai kemauan si pengendali. Perlu latihan khusus dan pengalaman yang luas untuk mengendalikan pesawat model jenis ini dalam melakukan gerakan-gerakan manuver, karena dengan kemampuan yang masih terbatas, pesawat model jenis ini dapat menimbulkan bahaya bagi orang lain. Oleh karena itu diperlukan pelatihan intensif bagi para penggemar olahraga dirgantara jenis ini untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan yang tak diinginkan.
Kemajuan teknologi sangat mempe­ngaruhi perkembangan pesawat model. Rancangan-rancangan pesawat model jenis baru disertai mesin-mesin yang juga baru memungkinkan sebuah pesawat model melakukan manuver-manuver yang tidak dapat dilakukan oleh pesawat sejenis sebelumnya. Berbagai perkembangan tersebut menuntut dilakukannya penyesuaian pada nomor-nomor perlombaan. Dalam perlombaan cabang olahraga aeromodelling kelas-kelas yang dipertandingkan meliputi F-1, F-2, F-3, F-4, dan OHLG. Masih terdapat beberapa nomor lain menyangkut space­modelling, yaitu kelas S-1 B, S3A, S4B, S5C, S6A, S7 dan S-8E.
Kelas F-1 , terdiri dari nomor-nomor F-1 A (free flight glider A2), F-1 H (glider A 1), F-1 B (glider dengan tenaga karet), F-1 C (glider dengan mesin letup), F-1D (glider bertenaga karet - dalam ruangan), F-1 E (glider kemudi otomatis), F-1 F (model heli­copter), dan F-1 G (coup d'hiver).
Kelas F-2, untuk pesawat glider yang menggunakan control line (U-contro~, terdiri dari nomor-nomor F-2A (speed mode~, F-2B (aerobatic mode~, F-2C (team racing mode~ dan F-2D (combat model).
Kelas F-3, untuk pesawat-pesawat glider yang menggunakan radio control/ RC, meliputi nomor-nomor F-3A (aerobatic glider bermotor torak) , F-3B (glider thermal soar­ing), F-3C (helicopter model, F-3D (pylon race), F-3E (glider bermotor listrik), F-3F (glider slope soaring), dan F-3G (pesawat glider bermotor torak).
Kelas F-4, model skala, meliputi nomor­nomor F-4A (model skala terbang terbatas), F-4B (model skala control line), F-4C (model skala radio control/RC).
Kelas outdoor hand launching glider (OHLG), atau biasa disebut dengan istilah chuck glider, merupakan model pesawat glider yang paling sederhana.
Cabang olahraga aeromodelling, saat ini memiliki perkumpulan sebanyak 66 buah yang tersebar di seluruh daerah di Indinesia. Berbagai event nasional maupun internasio­nal yang diikuti cabang aeromodelling, meliputi:
No
Perlombaan
1.
Kejuaraan Nasional Aeromodelling di Bandung tanggal 21 - 24 Juni 1979.
Peserta: Sumsel, DKI, DIY, Jabar, Jateng, Jatim, Papua, Sumsel
2.
Kejuaraan Aeromodelling Pasco di Bandung 1991
3.
Kejuaraan Nasional Aeromodelling di Jakarta 1991
4.
Kejuaraan Aeromodelling Taruna di Jakarta 1992
5.
Kejuaraan Nasional Aeromodelling di Semarang 1993
6.
Kejuaraan Nasional Aeromodelling Terbuka di Malang 1999
7.
PON IX/1977
8.
PON X/1981
9.
PON XI/1985
10.
PON XV 12000
11.
Kejuaraan Internasional Aeromodelling di Bangkok tanggal 24 - 26 April 1980
Peserta: Indonesia , Hongkong , Malaysia , Singapura, Muangthai

Kamis, 01 Oktober 2009

Sejarah Pramuka Indonesia






Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pemuda Indonesia mempunyai saham besar dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan kepramukaan nasional Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan kepramukaan itu tampak adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya berorganisasi yang Bhinneka.
Organisasi kepramukaan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang "Nederlandse Padvinders Organisatie" (NPO) pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki kwartir besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi "Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging" (NIPV) pada tahun 1916.
Organisasi Kepramukaan yang diprakarsai oleh bangsa Indonesia adalah "Javaanse Padvinders Organisatie" (JPO); berdiri atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916.
Kenyataan bahwa kepramukaan itu senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut di atas dapat diperhatikan pada adanya "Padvinder Muhammadiyah" yang pada 1920 berganti nama menjadi "Hisbul Wathon" (HW); "Nationale Padvinderij" yang didirikan oleh Budi Utomo; Syarikat Islam mendirikan "Syarikat Islam Afdeling Padvinderij" yang kemudian diganti menjadi "Syarikat Islam Afdeling Pandu" dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale Islamietishe Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.
Hasrat bersatu bagi organisasi kepramukaan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan Antara Pandu Indonesia" merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.
Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-Pandu Kebangsaan).
PAPI kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.
Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepramukaan Indonesia baik yang bernafas utama kebangsaan maupun bernafas agama. kepramukaan yang bernafas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernafas agama Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathon, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas Katholik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).
Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan "All Indonesian Jamboree". Rencana ini mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti dengan "Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem" disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.

Masa Bala Tentara Dai Nippon
"Dai Nippon" ! Itulah nama yang dipakai untuk menyebut Jepang pada waktu itu. Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat Indonesia, termasuk gerakan kepramukaan, dilarang berdiri. Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya itu, semangat kepramukaan tetap menyala di dada para anggotanya.

Masa Republik Indonesia
 Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepramukaan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi kepramukaan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan Konggres Kesatuan Kepanduan Indonesia.
Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.
Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto menghadap Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai patriot yang membuktikan cintanya pada negara, tanah air dan bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri,. Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta merupakan pengabdian juga bagi para anggota pergerakan kepramukaan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode perjuangan bersenjata untuk menegakkan dan mempertahakan kemerdekaan itu, pada waktu inilah Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20-22 Januari 1950.
Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru, yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupakan kembali bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya organisasi kepramukaan di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K nomor 2344/Kab. tertanggal 6 September 1951 dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepramukaan di Indonesia, jadi keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.
Mungkin agak aneh juga kalau direnungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan Menteri No. 2334/Kab. itu keluar, maka wakil-wakil organi-sasi kepramukaan menga-dakan konfersensi di Ja-karta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 September 1951 diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi.

Pada 1953 Ipindo berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia
Ipindo merupakan federasi bagi organisasi kepramukaan putera, sedangkan bagi organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam perjalanan ke Australia.
Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 Ipindo menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955, Jakarta.
Ipindo sebagai wadah pelaksana kegiatan kepramukaan merasa perlu menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup kepramukaan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.
Seminar Tugu ini meng-hasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepramukaan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan ke-pramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun kemudian pada bulan Novem-ber 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan topik "Penasionalan Kepanduan".
Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.
Nah, masa-masa kemudian adalah masa menjelang lahirnya Gerakan Pramuka.

KELAHIRAN GERAKAN PRAMUKA


Latar Belakang Lahirnya Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.
Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepramukaan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.
Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu.
Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial).
Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.

Kelahiran Gerakan Pramuka Kelahiran
Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu :
1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA
· Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
· Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
2. Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.

Gerakan Pramuka Diperkenalkan
Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya.
Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.
Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang.
Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.
Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.
Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta.
Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai.
Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.

Satuan Karya Pramuka Dirgantara


SATUAN KARYA PRAMUKA DIRGANTARA

1. Satuan Karya Pramuka (Saka) Dirgantara adalah wadah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis di bidang kedirgantaraan guna menumbuhkan kesadaran untuk membaktikan dirinya dalam pembangunan nasional.

2. Tujuan dibentuknya Saka Dirgantara adalah untuk memberikan suatu wadah kegiatan dan latihan di bidang kedirgantaraan bagi anggota Gerakan Pramuka melalui kegiatan nyata dan praktis di bidang kedirgantaraan yang berguna, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk masyarakat, bangsa dan negara.

3. Kegiatan kesakaan dilaksanakan di gugusdepan dan satuan karya Pramuka disesuaikan dengan usia dan kemampuan jasmani dan rohani peserta didik. Kegiatan pendidikan tersebut dilaksanakan sedapat-dapatnya dengan praktek berupa kegiatan nyata yang memberi kesempatan peserta didik untuk menerapkan sendiri pengetahuan dan kecakapannya dengan menggunakan perlengkapan yang sesuai dengan keperluannya.

4. Yang dapat menjadi anggota Saka Dirgantara adalah :
a. Pramuka penggalang, usia 14 tahun ke atas, yang sudah mencapai tingkat Penggalang Terap.
b. Pemuda berusia 16-25 tahun, dengan syarat khusus
c. Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega

5. Saka Dirgantara meliputi 3 (tiga) krida, yaitu :
a. Krida Olahraga Dirgantara
b. Krida Pengetahuan Dirgantara
c. Krida Jasa Kedirgantaraan

6. Krida Olahraga Dirgantara, terdiri atas 5 (lima) SKK :
a. SKK Pesawat Bermotor
b. SKK Pesawat Tak Bermotor
c. SKK Aero Modelling
d. SKK Terjun Payung
e. SKK layang Gantung.

7. Krida Pengetahuan Dirgantara, terdiri atas 5 (lima) SKK :
a. SKK Navigasi Udara
b. SKK Pengatur Lalulintas Udara
c. SKK Meteorologi
d. SKK Fasilitas Penerbangan
e. SKK Aerodinamika.

8. Krida Jasa Kedirgantaraan, mempunyai 4 (empat) SKK :
a. SKK Teknik Mesin Pesawat Udara
b. SKK Komunikasi
c. SKK Struktur Pesawat
d. SKK Search And Rescue (SAR).

9 Hasil yang diharapkan setelah mengikuti kegiatan Saka Dirgantara adalah :
a. Memiliki Kecakapan dan keterampilan serta sikap dan usaha tertentu di bidan kedirgantaraan.
b. Memiliki rasa bangga memperoleh TKK yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
c. Memperoleh kecakapan khusus yang diakui oleh instansi pemerintah maupun swasta serta masyarakat sehingga bermanfaat secara nyata untuk dapat memperoleh pekerjaan.
d. Mampu menimbulkan rasa cinta Dirgantara di kalangan Pramuka, Pemuda dan masyarakat.